pengunjung

Wednesday, 1 May 2013

Paradigma Keseimbangan dan Ketidakseimbangan

Paradigma Keseimbangan

   Dalam proses pembangunan di Indonesia, masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan adalah masalah pengangguran. Pengangguran tersebar merata baik di desa maupun di kota. Namun, ada perbedaan pengangguran yang terjadi di desa dan di kota. Pengangguran di desa tidak terlihat mencolok ditimbang pengangguran di kota yang tinggi. Namun angka kemiskinan di desa jauh lebih tinggi daripada di kota. Lalu mengapa itu bisa terjadi?
   Jawabannya adalah kondisi pengangguran di desa adalah tergolong pengangguran terselubung (disguise unemployment). Pengangguran ini tersamarkan, karena sebenarnya masyarakat desa bekerja, namun pekerjaan tersebut tidak mencukupi kebutuhan sehari hari-hari. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan jumlah tenaga kerja yang ada dengan lahan pertanian yang terbatas. Keterbatasan menyebabkan penumpukan tenaga kerja sehingga upah tenaga kerja menjadi sangat rendah. Misalkan, tanah yang seharusnya digarap lima orang dengan upah per orangnya dua puluh ribu per hari, digarap oleh sepuluh orang yang menyebabkan upah dipotong lima puluh persen menjadi sepuluh ribu per orang. Mereka bekerja tetapi seolah seperti menganggur (melihat dari upah yang rendah).
   Berbeda dengan pengangguran dikota. Pengangguran di kota adalah pengangguran asli dan pengangguran tersebut tercatat oleh berbagaimacam survey. Pengangguran ini dapat dilihat kasat mata karena pengangguran ini adalah mereka yang benar-benar tidak bekerja. Pengangguran ini disebabkan karena ekspetasi yang tinggi yang diharapkan oleh masyarakat kota. Masyarakat kota tidak mau mengisi pekerjaan marjinal (seperti tukang sapu, office boy, dan pekerjaan rendahan lainnya). Keengganan ini menyebabkan kekosongan di pekerjaan marjinal.
   Melihat peluang tersebut, masyarakat desa bergerak menuju kota dengan invicible foot (faktor penarik urbanisasi). Masyarakat desa datang untuk mengisi pekerjaan marjinal yang tidak diisi masyarakat desa. Upah yang didapatkan merupakan upah minimum perusahaan kota, namun bagi masyarakat desa, upah tersebut sedikit lebih tinggi dari upah di desa. Sedangkan di desa, migrasi besar-besaran membuat upah di desa menjadi naik, karena jumlah tenaga kerja dan ladang seimbang. Dengan ini masalah pengangguran di desa teratasi.
   Karena perusahaan kota menggunakan dana yang minim untuk membayar pekerja marjinal, keuntungan yang didapatkan dapat digunakan untuk membuka investasi baru yang nantinya diharapkan mampu menyerap tenaga kerja di kota. Dengan ini, masalah pengangguran di kota terselesaikan.

Kritik Terhadap Paradigma Keseimbangan (Paradigma Ketidakseimbangan)

   Namun, paradigma tersebut tidak semudah yang dibayangkan. Ada beberapa kritik yang dapat dilontarkan yaitu:
1. Urbanisasi terus berjalan. Jika urbanisasi terus berjalan, akan ada penumpukan tenaga kerja di kota.
2. Standar pekerjaan di kota tinggi. Tidak semua masyarakat desa mampu masuk dan bekerja di kota meskipun pekerjaan marjinal sekalipun.
3. Orang desa yang datang ke kota adalah bukan orang yang sembarangan. Mereka memliki motivasi tinggi untuk mengais rizki di kota, bahkan bagi beberapa orang yang berlatar pendidikan tinggi mengincar posisi tinggi di perusahaan bonafit.
4. Tidak selalu dana lebih perusahaan digunakan untuk membuka investasi baru yang dapat menyerap tenaga kerja (gaya hidup hedonis).

No comments:

Post a Comment